Isa Ansori: Menelan Pil Pahit Demokrasi, Pemilu Curang dan Pemimpin Korup

15 February 2024 - 19:09 WIB
Isa Ansori: Menelan Pil Pahit Demokrasi, Pemilu Curang dan Pemimpin Korup

Demokrasi bagaikan sebuah pohon rindang yang menaungi rakyat. Akarnya adalah konstitusi, batangnya adalah pemilu, dan rantingnya adalah pemimpin yang dipilih rakyat. Namun, apa jadinya jika pohon demokrasi ini dirusak oleh praktik curang dan kotor dalam proses pemilu?

Pemilu yang curang, diwarnai dengan manipulasi suara, penyuapan, dan intimidasi, akan menghasilkan pemimpin yang berpotensi melanggar etika dan aturan hukum. Pemimpin yang lahir dari kecurangan ini akan lebih mementingkan keuntungan pribadi dan kelompoknya daripada kesejahteraan rakyat.

Ibarat menelan pil pahit, rakyat dipaksa untuk menerima pemimpin yang tidak memiliki integritas dan moralitas. Kepercayaan rakyat terhadap demokrasi pun terkikis, digantikan oleh rasa frustrasi dan kekecewaan.  

Pemilu yang curang dan pemimpin yang korup adalah racun bagi demokrasi. Kita harus bersama-sama menjaga demokrasi dengan memastikan pemilu yang bersih dan jujur, dan memilih pemimpin yang berintegritas dan moralitas tinggi.

Fakta dilapangan menunjukkan pelaksanaan pilpres 2024 banyaknya praktek – praktek kotor dalam proses pemilu sebagai jalan mulia demokrasi. Misalnya dibeberapa daerah yang digambarkan dalam video – video yang beredar, kertas suara dicoblos oleh petugas dan diarahkan pada salah satu paslon yang memiliki kekuasaan dan dukungan logistik yang tak terbatas, bahkan rumor yang beredar juga dikatakan parktek kotor yang dilakukan itu bila lolos maka aka ada hadiah bagi siapa saja yang bisa membantu meloloskan keculasan tersebut.  

Hal lain yang bisa dijumpai adalah beredarnya video hasil rekapitulasi suara anatar yang ada di website resmi penyelenggara pemilu dengan form C 1 yang ada di TPS, sehingga diduga terjadi manipulasi suara, penggelembungan suara, penghitungan suara yang tidak akurat, dan penyalahgunaan surat suara. Fakta lain adalah adanya serangan fajar dan politik uang yang tertangkap tangan dibeberapa tempat, seperti di Surabaya, yang digunakan untuk memilih paslon tertentu.  

Adanya intimidasi dan ancaman kepada pejabat tertentu dengan menggunakan instrumen hukum untuk melakukan mobilisasi suara kelapangan dengan cara melakukan intimidasi dan ancaman dengan menakut-nakuti pemilih agar tidak memilih calon tertentu atau golput, beredar kabar para kepala desa yang bermasalah akibat penyalah gunaan dana desa didatangi aparat agar memobilisasi perolehan suara paslon tertentu dengan menghalalkan segala cara yang melanggar etika berdemokrasi.  

Fakta lain adalah menjadikan media sebagai alat menyebarkan informasi bohong dan fitnah tentang calon tertentu yang dianggap mengancam kekuasaan serta memobilisasi media untuk keuntungan paslon tertentu.

Data quick qount dan survey yang mestinya ilmiah dan netral, kini tak lagi bisa dipercaya, karena diduga telah diarahkan ke paslon tertentu karena memang hasil survey dan quick qount tak lebih memenuhi pesanan dari sipemilik kepentingan untuk memenangkan pilpres.

Hilangnya rasa malu berakibat adanya pelanggaran berlapis lapis dalam proses penyelenggaraan pemilu yang seharusnya berlangsung jujur dan adil. Hal inilah yang menyebabkan rakyat tak percaya lagi pada proses proses demokrasi.tentu ini akan sangat merugikan masa depan demokrasi yang sudah dibangun bersusah payah dengan darah dan air mata rakyat, buruh, tani, seniman , akademisi dan mahasiswa

Sebagai pejuang demokrasi yang mencintai NKRI tentu semua akan terpanggil bagaimana semua bisa menyelamatkan masa depan demokrasi ini dan masa depan Indonesia. Kita tahu bahwa dampak dari praktek kotor berdemokrasi ini akan menghasilkan pemimpin yang korup.  

Pemimpin yang akan menggunakan kekuasaannya untuk keuntungan pribadi, menghambat pembangunan dan memperparah kesenjangan sosial. Pemimpin yang akan seringkali menggunakan kekuasaannya untuk menindas rakyat dan membungkam kritik. Rakyat yang kehilangan kepercayaan terhadap pemimpinnya, akan menjadi apatis dan tidak mau berpartisipasi dalam demokrasi. Masa depan demokrasi akan semakin suram.

Suramnya masa demokrasi akan ditandai dengan lahirnya pemimpin yang tidak dipercaya oleh rakyat. rakyat tidak lagi percaya bahwa suaranya berarti dan bahwa pemilu dapat menghasilkan pemimpin yang legitimate. Selain itu akan muncul Ketidakstabilan politik. Ketidakpercayaan rakyat dapat memicu demonstrasi dan kerusuhan, yang dapat membahayakan stabilitas politik.  

Akan lahir pula pemimpin yang tidak kompeten, pemimpin yang dipaksakan, pemimpin yang tidak memiliki basi dukungan yang riil. Kita tak ingin akan lahir gerakan massa yang akan lahir kembali sebagaiman yang terjadi di tahun 1998 akibat otoritarianisme, kolusi, korupsi dan nepotisme akibat demokrasi diamputasi oleh rezim orde baru.  

Lemahnya demokrasi adalah sebuah ancaman. Demokrasi menjadi lemah dan tidak efektif karena tidak didasarkan pada kehendak rakyat yang sesungguhnya. Dan tentu yang paling membahayakan adalah Munculnya tirani dan pemerintahan otoriter.

Bayangkan sebuah negara di mana pemilu selalu dicurangi. Rakyat tidak memiliki suara dan pemimpin yang terpilih tidak mewakili kepentingan mereka. Ketidakpercayaan dan frustrasi rakyat memuncak, memicu demonstrasi dan kerusuhan. Negara tersebut terjerumus dalam kekacauan dan demokrasi runtuh.

Kisah ini mungkin terdengar fiktif, tetapi bukan mustahil terjadi. Kecurangan pemilu dapat mengantarkan sebuah negara ke jurang kehancuran. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menjaga integritas pemilu dan memastikan bahwa suara rakyat didengar dan dihormati.

Masih ada harapan dalam rangka menyelamatkan demokrasi, pengawasan rakyat terhadap perhitungan dan rekapitulasi suara yang sedang berproses di KPU, kita percayakan bahwa KPU tidak akan bermain main dengan suara rakyat dan masa depan demokrasi. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Semoga !

Surabaya, 15 Februari 2024

Penulis: Isa Ansori
(Kolumnis dan Akademis)

Berita Terkait

Sidang Paripurna: DPD RI Sepakati Bentuk Pansus Kecurangan Pemilu 2024

Dewan Perwakilan Daerah atau DPD Republik Indonesia akan membentuk Panitia Khusus (Pansus) Kecurangan Pemilu untuk mengungkap banyaknya dugaan pelanggaran dan kecurangan pada penyelenggaraan pemilu serentak 2024.

Hasil Rekap 3 Hari: AMIN Menang di 15 PPLN, Kantongi 46.874 suara

Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara tingkat nasional selama 3 hari ini, mencatat kemenangan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) di beberapa daerah.

Jimly Asshiddiqie Persilakan Penggunaan Hak Angket: Bisa Jadi yang Menang Akan Kalah di MK

Jimly Asshiddiqie mengatakan kalau ingin melakukan hak angket maka boleh saja, pasalnya ini untuk memberi ruang terkait kekecewaan publik.

Refly Harun: Haram Hukumnya Dipimpin oleh Pemimpin dari Hasil Kecurangan

Saya terus terang ya bapak-bapak ibu-ibu sekalian tidak mau negeri ini dipimpin oleh pemimpin yang memenangkan pertarungan pemilu dengan cara curang, haram hukumnya karena itu pertanggungjawaban Dunia Akhirat,

Relawan AMIN dan Ganjar-Mahfud Bersatu, Gulirkan Gerakan Tolak Kecurangan Pilpres 2024

Menolak cara-cara curang Pemilu 2024 yang dilakukan oknum rezim yang melibatkan penyelenggara Pemilu dan mendesak DPR RI untuk memanggil dan meriksa semua komisioner KPU yang terlibat pada pemilu curang;

Beras Mahal dan Langka, Aleg PKS Nilai Pemerintah Gagal Produksi dan Tata Kelolanya Hingga Sengsarakan Rakyat

Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan menilai Kebijakan Impor beras selama ini yang selalu merugikan petani dan masyarakat luas menjadi sebab rusaknya kemandirian pangan nasional.

Lihat Semuanya